Senin, Februari 01, 2016

Siapa pemain terbaik yang pernah membela AC Milan dan FC Internazionale?

Siapa pemain terbaik yang pernah membela AC Milan dan FC Internazionale? Mungkin ada variasi jawaban yang keluar dari masing-masing orang, tetapi perwakilan fanbase resmi duo klub Milan di Indonesia ternyata sepakat pada satu nama!
   MILANISTI INDONESIA

Derby kota Milan adalah salah satu derby yang sarat dengan rivalitas tinggi, bahkan pertarungan derby tidak sebatas di atas lapangan. Di bursa transfer pun kedua klub ini sering bertarung memperebutkan pemain yang menjadi incaran. Namun, meski demikian, kedua klub ini juga rajin saling tukar pemain atau barter.
Mungkin karena kebiasaan kedua klub tersebut dalam melakukan barter, hal itu membuat para pemain bintang merasa tidak ada yang salah jika mereka hijrah ke klub tetangga.
Dari beberapa nama pemain yang pernah berkontribusi bagi kedua kesebelasan, saya memilih satu nama, yakni Zlatan Ibrahimovic. Di Italia, di tim manapun ia bermain, kesebelasan yang dibelanya selalu merasakan manisnya trofi juara.
Saat masih membela Internazionale, Ibra menjadi sosok pemain yang diandalkan, dan tiga gelar scudetto pun ia persembahkan secara beruntun. Dua tahun berikutnya setelah satu musim di Barcelona, Ibrahimovic kembali ke kota Milan dengan warna kostum yang berbeda.
Atas keputusannya tersebut Ibra pun menjadi ‘mantan yang dibenci’, tak heran di derby pertamanya Ibrahimovic mendapatkan teror dari tribun Curva Nord. Untungnya teror tersebut tidak mempengaruhi performa pemain asal Swedia tersebut, malah Ibra meneruskan tradisi para pendahulunya, melakukan selebrasi sehabis mencetak gol di klub mantannya.
Kamaludin - Milanisti Indonesia
   INTER CLUB INDONESIA

Zlatan Ibrahimovic adalah salah satu ikon dalam sepakbola modern. Dia sosok fenomenal, seorang tipe penyerang yang komplet dan mematikan. Jaminan gol. Postur tubuh kokoh yang diimbangi dengan kelenturan. Laksana perpaduan antara Christian Vieri dan Ronaldo Luiz Nazario. Memiliki tendangan yang keras dan terarah. Pemain berkarakter keras. Tak punya rasa takut. Ia pernah menghajar macan lapangan sekelas Marco Materazzi.
Nyalinya sungguh tebal yang dengan tenang berani membela Juventus, AC Milan dan Inter. Tiga klub yang mempunyai rivalitas terpanas di dunia. Tifosinya saja sangat sulit untuk akur, tapi Ibra malahan tanpa rasa bersalah bersedia mengenakan ketiga jersey tersebut. Satu orang bilang profesional, tapi orang lain akan menyebutnya sebagai pengkhianat.
Menjelang derby della madonnina ini sudah sewajarnya kita mengenang sosok Ibra sebagai pemain tersukses yang pernah membela Inter maupun AC Milan. Ketika mengenakan seragam Inter, Ibra mencetak dua gol ke gawang AC Milan. Sebaliknya, Ibra mencetak empat gol ke gawang Inter ketika memperkuat AC Milan. Bersama Inter, Ibra meraih tiga kali scudetto 2006/07, 2007/08 dan 2008/09 dan dua kali Super Coppa 2006 dan 2008. Bersama AC Milan, Ibra meraih scudetto musim 2010/11 dan Super Coppa tahun 2011. Pemain asal Malmo Swedia ini juga tercatat sebagai capocanonieri ketika bersama Inter (2009) dan ketika bersama AC Milan (2012). Pemegang sabuk hitam Taekwondo ini tercatat sebagai pemain terbaik Serie A tahun 2008 dan 2009 bersama Inter dan tahun 2011 ketika bersama AC Milan. Meski belum pernah menjadi juara Liga Champion Eropa, Ibra adalah pemilik rekor sebagai pencetak gol di Liga Champion bersama enam tim yang berbeda : Ajax, Juventus, Inter, Barcelona, AC Milan dan PSG.
Ada banyak pemain besar yang pernah membela Inter maupun AC Milan di dua dekade terakhir tapi tak ada yang mempunyai prestasi sehebat Ibrahimovic. Ronaldo, Vieri, Andrea Pirlo, Clarence Seedorf, Hernan Crespo, Francesco Toldo hingga Patrick Vieira tak mampu mengimbangi prestasi yang ditorehkan oleh Ibra di kedua klub asal kota Milan ini.
Dengan fakta tersebut maka dapat dikatakan Ibrahimovic adalah milik kita bersama. Milik Interisti dan Milanisti. Saya yakin teman-teman Interisti masih banyak yang menyimpan jersey dengan nama Ibrahimovic di punggung. Melihat Ibra sebagai lawan tak sepahit ketika melihat Ronaldo mengenakan merah hitam. Dengan stylenya adalah wajar Ibra memperkuat tim rival. Kita sadar Ibra adalah seorang profesional sepakbola, memilih klub dengan otak bukan dengan hati. Di tengah sedikit kesebalan saya dengan Ibra, masih ikhlas saya selipkan doa agar dia bisa meraih trofi Liga Champion. Trofi idaman yang kita rasakan selepas kepergiannya ke Barcelona dulu.

0 komentar:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com

Posting Komentar