Siapa
pemain terbaik yang pernah membela AC Milan dan FC
Internazionale? Mungkin ada variasi jawaban yang keluar dari
masing-masing orang, tetapi perwakilan fanbase resmi duo klub Milan di
Indonesia ternyata sepakat pada satu nama!
![]() | MILANISTI INDONESIA |

Derby
kota Milan adalah salah satu derby yang sarat dengan rivalitas tinggi,
bahkan pertarungan derby tidak sebatas di atas lapangan. Di bursa
transfer pun kedua klub ini sering bertarung memperebutkan pemain yang
menjadi incaran. Namun, meski demikian, kedua klub ini juga rajin saling
tukar pemain atau barter.
Mungkin
karena kebiasaan kedua klub tersebut dalam melakukan barter, hal itu
membuat para pemain bintang merasa tidak ada yang salah jika mereka
hijrah ke klub tetangga.
Dari
beberapa nama pemain yang pernah berkontribusi bagi kedua kesebelasan,
saya memilih satu nama, yakni Zlatan Ibrahimovic. Di Italia, di tim
manapun ia bermain, kesebelasan yang dibelanya selalu merasakan manisnya
trofi juara.
Saat
masih membela Internazionale, Ibra menjadi sosok pemain yang
diandalkan, dan tiga gelar scudetto pun ia persembahkan secara beruntun.
Dua tahun berikutnya setelah satu musim di Barcelona, Ibrahimovic
kembali ke kota Milan dengan warna kostum yang berbeda.
Atas
keputusannya tersebut Ibra pun menjadi ‘mantan yang dibenci’, tak heran
di derby pertamanya Ibrahimovic mendapatkan teror dari tribun Curva
Nord. Untungnya teror tersebut tidak mempengaruhi performa pemain asal
Swedia tersebut, malah Ibra meneruskan tradisi para pendahulunya,
melakukan selebrasi sehabis mencetak gol di klub mantannya.
Kamaludin - Milanisti Indonesia
Website: http://www.milanisti.or.id/ I Facebook: https://www.facebook.com/MilanistiIndonesia I Twitter: https://twitter.com/MilanistiOrId
![]() | INTER CLUB INDONESIA |

Zlatan
Ibrahimovic adalah salah satu ikon dalam sepakbola modern. Dia sosok
fenomenal, seorang tipe penyerang yang komplet dan mematikan. Jaminan
gol. Postur tubuh kokoh yang diimbangi dengan kelenturan. Laksana
perpaduan antara Christian Vieri dan Ronaldo Luiz Nazario. Memiliki
tendangan yang keras dan terarah. Pemain berkarakter keras. Tak punya
rasa takut. Ia pernah menghajar macan lapangan sekelas Marco Materazzi.
Nyalinya
sungguh tebal yang dengan tenang berani membela Juventus, AC Milan dan
Inter. Tiga klub yang mempunyai rivalitas terpanas di dunia. Tifosinya
saja sangat sulit untuk akur, tapi Ibra malahan tanpa rasa bersalah
bersedia mengenakan ketiga jersey tersebut. Satu orang bilang
profesional, tapi orang lain akan menyebutnya sebagai pengkhianat.
Menjelang
derby della madonnina ini sudah sewajarnya kita mengenang sosok Ibra
sebagai pemain tersukses yang pernah membela Inter maupun AC Milan.
Ketika mengenakan seragam Inter, Ibra mencetak dua gol ke gawang AC
Milan. Sebaliknya, Ibra mencetak empat gol ke gawang Inter ketika
memperkuat AC Milan. Bersama Inter, Ibra meraih tiga kali scudetto
2006/07, 2007/08 dan 2008/09 dan dua kali Super Coppa 2006 dan 2008.
Bersama AC Milan, Ibra meraih scudetto musim 2010/11 dan Super Coppa
tahun 2011. Pemain asal Malmo Swedia ini juga tercatat sebagai
capocanonieri ketika bersama Inter (2009) dan ketika bersama AC Milan
(2012). Pemegang sabuk hitam Taekwondo ini tercatat sebagai pemain
terbaik Serie A tahun 2008 dan 2009 bersama Inter dan tahun 2011 ketika
bersama AC Milan. Meski belum pernah menjadi juara Liga Champion Eropa,
Ibra adalah pemilik rekor sebagai pencetak gol di Liga Champion bersama
enam tim yang berbeda : Ajax, Juventus, Inter, Barcelona, AC Milan dan
PSG.
Ada
banyak pemain besar yang pernah membela Inter maupun AC Milan di dua
dekade terakhir tapi tak ada yang mempunyai prestasi sehebat
Ibrahimovic. Ronaldo, Vieri, Andrea Pirlo, Clarence Seedorf, Hernan
Crespo, Francesco Toldo hingga Patrick Vieira tak mampu mengimbangi
prestasi yang ditorehkan oleh Ibra di kedua klub asal kota Milan ini.
Dengan
fakta tersebut maka dapat dikatakan Ibrahimovic adalah milik kita
bersama. Milik Interisti dan Milanisti. Saya yakin teman-teman Interisti
masih banyak yang menyimpan jersey dengan nama Ibrahimovic di punggung.
Melihat Ibra sebagai lawan tak sepahit ketika melihat Ronaldo
mengenakan merah hitam. Dengan stylenya adalah wajar Ibra memperkuat tim
rival. Kita sadar Ibra adalah seorang profesional sepakbola, memilih
klub dengan otak bukan dengan hati. Di tengah sedikit kesebalan saya
dengan Ibra, masih ikhlas saya selipkan doa agar dia bisa meraih trofi
Liga Champion. Trofi idaman yang kita rasakan selepas kepergiannya ke
Barcelona dulu.
0 komentar:
Posting Komentar