Cerita Dewasa - Janda Bohay mungkin sebutan yang cocok untuk wanita setengah baya yang bernama Raya tetangga sebelah rumahku. Bodinya sangat seksi sekali, wajahnya sungguh sangat menggairahkan dan pantatnya yang besar membuat semua laki-laki yang ada dikomplek perumahanku tinggal selalu meliriknya.
Janda Bohay Tetangga Rumah Mencoba Menggoda dan Merangsang Birahiku
Setiap lelaki pasti selalu melihat
pantat Raya ketika dia sedang berjalan. Pantatnya saling bergantian naik
turun, sungguh sangat menggoda sekali, kalau melihatnya sedang berjalan
seakan ingin meremas keduah buah pantat yang semok milik Raya tersebut.
Dia keturunan jawa tapi perawakan wajah dan kulit-kulitannya sama
seperti keturunan china. Kulitnya putih sekali, matanya agak sipit,
hidungnya mancung dan dua bongkahan yang berada di dadanya sangat besar
sekali, sekitar 36B.
Janda sexy bernama Raya ini usianya
sekitar 36 tahun, belum terlalu tua. Dia memilki 2 orang anak yang sudah
besar-besar. Anaknya yang pertama sudah bekerja dan anaknya yang kedua
sudah kuliah. Kedua anaknya hanya pulang seminggu sekali, jadi setiap
hari Raya hanya dirumah sendirian.
Dia sudah menjanda kurang lebih 2 tahun,
aku yang setiap hari melihatnya melihatnya kasihan karena sudah lama
tubuhnya yang seksi itu tak pernah dijamah oleh seorang laki-laki,
“misalkan dia memintaku untuk memuaskannya aku pasti tak akan menolaknya
lagi, hahaha” ucapku dalam hati. Dikomplek perumahan tempatku tinggal
sering banyak pertemuan ibu-ibu untuk mensosialisasikan peralatan rumah
tangga, karena komplek tempatku tinggal sering dimasuki oleh sales
alat-alat rumah tangga.
Suatu saat sedang ada kumpulan ibu-ibu
yang sedang mendengarkan sosialisasi tentang apa aku gak begitu
mengetahuinya aku ikut saja nimbrung. Tujuanku ikut nimbrung bukan untuk
mengetahui tentang sosialisasi itu tapi aku ingin memandangi wajah
cantik dan tubuh seksi Raya. Pikiranku saat itu tidak pada topic yang
dibicarakan, aku terus memandangi Raya yang berada dipojok. Saat itu dia
menggunakan kaos merah setrit dan rok pendek. Kulihat payudaranya
membusung besar sekali sehingga membuatku menjadi geregetan.
Setiap kali dia bergerak aku selalu
melihat bagian bawah tubuhnya, dan tanpa Raya sadari, saat dia bergerak
sebuah gundukan dibalik celana dalam merah kulihat. Aku yang melihatnya
semakin menjadi tak kuasa, gundukannya sangat besar sekali, apa itu
memeknya yang besar apakah jembutnya yang sangat lebat, aku menjadi
bertanya-tanya. Semakin lama Raya yang terus bergerak mungkin karena
kegerahan dan aku yang terus melihat gundukan memek Raya itu menjadi tak
kuasa menahan birahiku. Lalu aku putuskan untuk meninggalkan kumpulan
tersebut supaya birahiku tak semakin naik.
Setelah kumpulan itu selesai aku sengaja
duduk didepan rumah untuk melihat Raya pulang. Raya pulang sendirian
karena ibu-ibu yang lainnya rumahnya sebelum rumahku dan rumah Raya
disamping rumahku. Aku mencoba menggodanya
“Eeeehhh Neng gelis kok jalan sendiran”tanyaku pura-pura gak tau.
“Oooohhhh iyha pak, kan ibu-ibu yang lainnya gak ada yang melewati rumah Raya” jawabnya sambil tersenyum.
“Aku anter gimana neng, hehe” ucapku sambil meringis.
“Aaaahh bapak bisa saja, rumah kita kan sebelahan, pake dianter segala. Yaudah Raya masuk rumah dulu pak, mau memasak” jawabnya.
“Oke neng” jawabku singkat sambil mengedipkan sebelah mataku.
“Oooohhhh iyha pak, kan ibu-ibu yang lainnya gak ada yang melewati rumah Raya” jawabnya sambil tersenyum.
“Aku anter gimana neng, hehe” ucapku sambil meringis.
“Aaaahh bapak bisa saja, rumah kita kan sebelahan, pake dianter segala. Yaudah Raya masuk rumah dulu pak, mau memasak” jawabnya.
“Oke neng” jawabku singkat sambil mengedipkan sebelah mataku.
Raya tesenyum melihatku mengedipkan mata padanya.
Pada suatu pagi setelah mengantar isteriku kerja, aku tidak langsung berangkat kekantor, tetapi pulang dulu kerumah, karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan di meja komputerku. Setelah pekerjaan selesai, aku duduk-duduk di teras minum kopi sambil menikmati sebatang rokok Gudang Garam Surya kesukaanku.
Pada suatu pagi setelah mengantar isteriku kerja, aku tidak langsung berangkat kekantor, tetapi pulang dulu kerumah, karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan di meja komputerku. Setelah pekerjaan selesai, aku duduk-duduk di teras minum kopi sambil menikmati sebatang rokok Gudang Garam Surya kesukaanku.
Saat enak- enaknya aku menikmati
sebatang rokok karena pekerjaan kantor udah beres, tiba-tiba dari depan
rumahku terdengar teriakan Raya. “Om.. om Den.. aku minta tolong bisa
khan”? “Minta tolong apa dulu, kalau dimintai tolong untuk sarapan pagi
sih aku mau-mau aja” Jawabku dengan sedikit becanda.
“Ini lho Om, kompor yang aku beli kemarin nyalanya koq agak merah, nggak seperti punya isteri Om Den..”
“Ohh.. gitu, mungkin sumbunya terlalu panjang waktu memasangnya, coba tak lihatnya dulu” kataku sambil beranjak kerumahnya.
“Ohh.. gitu, mungkin sumbunya terlalu panjang waktu memasangnya, coba tak lihatnya dulu” kataku sambil beranjak kerumahnya.
Sampai di rumah Raya aku langsung
dipersilahkan ke dapur untuk mencoba cek nyala kompor dan memang benar
nyalanya agak kemerah-merahan.
“Om aku minta tolong dong, dibetulin kompornya mau khan..?”, teriaknya agak manja sambil mengucek-ucek cucian bajunya.
“Beres, asal dikasih imbalan yang enak-enak..”, godaku, sambil mulai membongkar kompor.
“Achh.. Om Den ini bisa aja, yang enak-enak itu maksudnya apa sih Om..?” tanyanya kayak orang bloon.
“Yeach.. semua aja yang special dan kita anggap enak” jawabku sambil membuang putung rokok ke bak sampah dapur.
Sambil mulai bongkar-bongkar kompor, aku sempat melirik Raya yang lagi cuci pakaian,
“Busyet.. Ckk.. ck.. ckk!” rutukku dalam hati.
“Beres, asal dikasih imbalan yang enak-enak..”, godaku, sambil mulai membongkar kompor.
“Achh.. Om Den ini bisa aja, yang enak-enak itu maksudnya apa sih Om..?” tanyanya kayak orang bloon.
“Yeach.. semua aja yang special dan kita anggap enak” jawabku sambil membuang putung rokok ke bak sampah dapur.
Sambil mulai bongkar-bongkar kompor, aku sempat melirik Raya yang lagi cuci pakaian,
“Busyet.. Ckk.. ck.. ckk!” rutukku dalam hati.
Aku merasa seperti terbangun dari mimpi
buruk, ternyata sedari tadi tanpa kusadari, Raya cuma memakai pakaian
tidur warna putih yang sangat tipis sekali dan bagian atas cuma memakai
tali kecil yang tersampir dipundak, sehingga Bh dan Cd yang dipakainya
kelihatan jelas bentuk maupun warnanya.
Saat aku meliriknya, Raya lagi berdiri
agak nungging membelakangiku untuk membilas cucian bajunya, sehingga
pantatnya yang gempal bulat, berisi daging padat dan kenyal itu
kelihatan menggoda untuk dibelai dan disentuh. Apalagi celana dalam
warna merah jambu yang dipakainya kelihatan tercetak jelas di bongkahan
pantat gempalnya dan serasi benar dengan warna putih mulus kulitnya, dan
berdirinya agak ngangkang lagi.., pahanya terlihat tegar, kokoh dan
bulat berisi bagai bulir padi raksasa.
Entah disegaja atau tidak, yang jelas
pantatnya sesekali digoyang kekanan dan kekiri seiring tangannya yang
sedang membilas pakaian yang dicucinya. Dan sambil melakukan
aktivitasnya, sesekali juga Raya bertanya,
“Om Den.. hari ini koq kelihatan fress
benar apa semalam mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari isteri..
he.. he.. he.., keramas lagi.. hi.. hi.. hi..” kata Raya sambil ketawa
cekikikan.
“Cerita donk.., biar aku juga ikut tahu, biar nggak hanya menduga- duga saja..” timpalnya lagi sambil menoleh dan mengedipkan sebelah matanya, kayak Jaja Miharja dalam Kuis Dangdut di TPI.
“Ah Raya koq mau tahu aja, kalau aku ceritain, nanti Raya jadi grenk terus gimana.. hayoo.. apa nggak malah berabe, coba dipikir.. heh.. he.. he..” jawabku setengah menggoda sambil memancing reaksinya.
“Cerita donk.., biar aku juga ikut tahu, biar nggak hanya menduga- duga saja..” timpalnya lagi sambil menoleh dan mengedipkan sebelah matanya, kayak Jaja Miharja dalam Kuis Dangdut di TPI.
“Ah Raya koq mau tahu aja, kalau aku ceritain, nanti Raya jadi grenk terus gimana.. hayoo.. apa nggak malah berabe, coba dipikir.. heh.. he.. he..” jawabku setengah menggoda sambil memancing reaksinya.
Dan ternyata, rasa ingin tahunya semakin
menjadi-jadi, terbukti dia menghentikan aktivitasnya dan sambil
memercikkan air dari kesepuluh jarinya berkata
“Sesekali boleh khan, tahu rahasia
tetangga kita.. heh.. he.. he..” katanya sambil menoleh kearahku
sehingga buah dadanya yang ranum dan berukuran 36B itu kelihatan
menggelantung berat seakan-akan melambai untuk minta dibelai dan dihisap
habis puting-putingnya.
“Boleh-boleh aja asal kalau nanti agak berbau porno.. nggak nyalahin kita, apalagi menuntut kenapa semalam koq nggak diajak ikut nimbrung.. heh.. he.. he..” kataku mulai berani terang- terangan sambil melempar batang korek ke arah dadanya, dan tepat mengenai tengah belahan buah dadanya.
“Edian tenan.. Om.. tembakan korekmu tepat sasaran, pas di tengah-tengah susuku yang montok, aku jadi geli.. hi.. hi.. hi..” Katanya sambil merogoh batang korek yang masuk kebelahan buah dadanya, sehingga saat merogoh batang korek tersebullah buah dadanya yang putih mulus, mengkal dan ranum itu di hadapanku.
“Boleh-boleh aja asal kalau nanti agak berbau porno.. nggak nyalahin kita, apalagi menuntut kenapa semalam koq nggak diajak ikut nimbrung.. heh.. he.. he..” kataku mulai berani terang- terangan sambil melempar batang korek ke arah dadanya, dan tepat mengenai tengah belahan buah dadanya.
“Edian tenan.. Om.. tembakan korekmu tepat sasaran, pas di tengah-tengah susuku yang montok, aku jadi geli.. hi.. hi.. hi..” Katanya sambil merogoh batang korek yang masuk kebelahan buah dadanya, sehingga saat merogoh batang korek tersebullah buah dadanya yang putih mulus, mengkal dan ranum itu di hadapanku.
Walau omong-omong kami sudah mulai
mengarah hal-hal yang bersifat rangsangan birahi, namun aku belum berani
memulai tindakan fisik, karena aku kuatir kalau semua yang dilakukan
Raya hanya upaya untuk memancing dan atau untuk mengetahui kecerobohan
diriku, mengingat Raya amat dekat sekali dengan isteriku. Bahkan aku
berpikir
” Jangan-jangan ulah Raya
memancing-mancing reaksi birahiku itu, semua dilakukan atas suruhan atau
permintaan isteriku “. Kataku dalam hati.
Sambil memasang sumbu-sumbu kompor yang
sudah dapat separo, aku terus ngomong-ngomong hal- hal yang agak lebih
hot lagi, dan kelihatan Raya sudah mulai terpengaruh atas semua obrolan
birahi, terbukti sesekali dia sering membetulkan letak BH yang
membungkus buah dadanya yang super besar itu. Saat aku pandang, ternyata
kerjaan cuciannya sudah selesai, sambil menyambar handuk putihnya dia
berucap
“Om.. aku mandi dulu ya, awas jangan
ngintip lho..?” ujarnya sambil melenggak-lenggokkan patatnya yang besar
dan gempal itu sebelum masuk kekamar mandi.
Saat masuk kamar mandi, ternyata
pintunya tidak dikunci, namun aku tidak ambil pusing walau pintu kamar
mandinya tidak dikunci. Karena aku masih beranggapan kalau tindakan yang
dilakukan Raya dalam percakapan yang sudah mengarah hal-hal bersifat
birahi tadi merupakan usaha Raya untuk mencoba ngetest atas kesetiaanku
terhadap isteri. Oleh karena itu, meskipun penisku terasa besar
membengkak dan panas berdenyut-denyut, karena terpengaruh atas
percakapanku dengan Raya yang sangat membangkitkan birahiku, aku tetap
mencoba untuk mengalihkan pikiran tersebut dengan menyelesaikan
pembenahan sumbu-sumbu kompor yang diminta Raya barusan.
Namun saat aku mulai bisa mengusir
pikiran jorokku untuk bisa membelai, mengelus dan meraba inci demi inci
atas tubuh putih mulus Raya yang sedang mandi tersebut, tiba-tiba dari
kamar mandi terdengar panggilan agak halus dari Raya,
“Om.. sorry ya, tadi aku lupa kalau
sabun mandiku udah habis, tolong ambilkan sabun mandi dibungkusan
belanjaan yang aku taruh diatas meja barusan ya..”? Pintanya dengan
suara yang agak manja.
“Diambil sendiri chan bisa sih Ray, tanganku belepotan minyak tanah nich..” Jawabku sambil melihat kearah meja yang dimaksud dan memang benar diatas meja dapur terdapat bungkusan belanjaan yang terbungkus tas kresek hitam.
“Tolong dong Om.. aku udah telanjur telanjang bulat nich.. malu khan kalau keluar dalam keadaan bugil..”? Pintanya lagi dengan suara yang lebih manja.
“Diambil sendiri chan bisa sih Ray, tanganku belepotan minyak tanah nich..” Jawabku sambil melihat kearah meja yang dimaksud dan memang benar diatas meja dapur terdapat bungkusan belanjaan yang terbungkus tas kresek hitam.
“Tolong dong Om.. aku udah telanjur telanjang bulat nich.. malu khan kalau keluar dalam keadaan bugil..”? Pintanya lagi dengan suara yang lebih manja.
Sesaat, mendengar suaranya yang manja
itu, aku jadi lupa atas anggapanku kalau Raya lagi melaksanakan tugas
reserse dari isteriku. Maka seketika, pikiran jorokku terhadap Raya
menjadi bangkit dan menggelora bagai air bah yang datang dengan
tiba-tiba.
Kemudian aku bangkit berdiri untuk cuci
tangan, dan melangkah kemeja dapur untuk mengambil bungkusan belanja
yang berisi sabun mandi tersebut.
” Oke.. oke.. tak ambilin dech..”, Kataku agak parau, membayangkan ketelanjangan Raya yang punya body aduhai dan semlohai itu.
Setelah kudapat sabun mandi yang
diminta, aku langsung menuju kamar mandi, dan ternyata benar pintunya
tidak dikunci, sedikit terbuka, dan dari dalam kamar mandi terdengar
teriakan kecil Raya
“Cepat dikit donk Om.., kelamaan
telanjang bisa-bisa masuk angin nich..”. katanya sangat manja dan begitu
menggoda nafsu birahiku Begitu sampai di pintu kamar mandi, aku kuakkan
sedikit pintunya dan memang benar apa yang dikatakan bahwa Raya
bener-bener dalam keadaan telanjang bulat berdiri agak mengangkang,
sehingga dari celah belahan bongkahan pantatnya yang gempal kelihatan
memeknya yang merah tebal berbulu menyembul agak malu-malu dalam posisi
membelakangiku sedang tangannya dijulurkan untuk menerima uluran
tanganku yang mau memberikan sabun mandi yang diminta.
Sesaat melihat tubuh telanjang Raya
pikiranku sebagai seorang laki-laki jadi bergemuruh, meledak-ledak dan
nafsu birahiku bangkit begitu menggelora dan penisku semakin terasa
panas, meronta-ronta dan denyutannya semakin terasa mendetak-detak kayak
detak jarum jam layaknya, saking tidak kuatnya menahan gelora nafsu
birahiku, rasanya aku seakan ingin langsung menerkam dan menelan
bulat-bulat tubuh telanjang yang ada dihadapanku itu.
Namun sebagai seorang intelek, aku
langsung berpikir, bahwa apa yang dilakukan Raya dengan telanjang
membelakangiku berarti bukan merupakan perasaan malu yang dia tunjukkan
karena berhadapan denganku, karena apabila dia malu karena terlihat
telanjang olehku, tentunya pintu tetap ditutup atau dibuka sedikit dan
tanganya bisa dijulurkan keluar untuk menerima sabun, akan tetapi dengan
tindakan yang dia lakukan aku mengira bahwa yang diperbuat Raya
merupakan faktor kesengajaan yang memang ingin menggugah kelelakianku
agar aku terangsang hebat dan bergairah sehingga aku tidak tahan untuk
bertindak brutal menyetubuhinya.
Berdasarkan pemikiran itu, maka secepat
kilat celana pendek yang aku kenakan aku buka, maka tersembullah penisku
yang sudah membengkak besar dan berdenyut-denyut, lalu aku sorongkan
penisku kejuluran tangan Raya, sambil berkata
“Ray sabunnya nich..”. Dan juluran
tangan Raya menggapai-nggapai untuk meraih sabun yang dimaksud, karena
jorongan penisku lebih rendah maka tangan dan jemari Raya aku bimbing
untuk memegangnya.
Dan Raya kelihatan agak terperanjat malu
karena sabun yang seharusnya digenggamnya dingin tetapi terasa panas
berdenyut-denyut, sesaat dia menoleh untuk melihat benda yang
dipegangnya, respon yang ditunjukkan demi melihat penisku sudah ada
dalam genggamannya seakan-akan terkejut
“Ahh, Om nakal banget sih dan punyamu
bener-bener luar biasa, besar, keras dan kokoh sekali..” katanya sambil
tersenyum melihat keberhasilan upayanya untuk memancing birahiku.
Kemudian tanpa perasaan sungkan dan
malu-malu lagi maka kurengkuh dan kubalikkan tubuh telanjang Raya untuk
saling berhadapan dan aku dekap erat- erat sambil tidak lupa aku lumat
bibirnya yang sensual, dan dengan rakus sekali Raya membalas lumatan
bibirku,
“Ahh.. sshh.. eehhmm.. omm.. oohh..”.
Bibirnya yang merah dan panas terus melumat ganas sambil tak lupa
lidahnya dia julurkan masuk kemulutku.. saling menghisap dan memainkan
lidah kami masing- masing.. sshh.. mmckk.. sshh mmcckk.., tangan Raya
yang satu menggenggam erat penisku yang semakin keras denyutannya sedang
yang lain membelai-belai punggungku. Badanku rasanya seperti dialiri
listrik yang bertegangan tinggi ketika lidahku dia hisap kayak ular
sedang melahap mangsanya dan pelukan tangannya semakin erat saja rasanya
seakan kuatir aku terlepas, sehingga buah dadanya yang besar padat itu
terasa mengganjal empuk didadaku menambah kenikmatan adegan peluk cium
dan hisap menghisap lidah yang sedang berlangsung seru.
Sesaat setelah adegan melumat dan
menghisap lidah bersangsung aku perhatikan ada perubahan dalam tubuh
Raya, mukanya kelihatan lebih memerah dan matanya sayu sekali, dia
kelihatan pasrah dan gejolak birahinya seperti sudah tidak tertahankan
untuk diperlakukan lebih lanjut.
“Omm.. berbuatlah sesuka hatimu.. aku
pasrah.. puaskan aku.. ahh.. sshh.. desahnya sambil menengadahkan
mukanya agak keatas” Lalu tanpa disuruh lagi aku jilati lehernya yang
jenjang itu dengan pelan dan penuh kemesraan,
” Ahh..sshh aahh .. sshh.. erangnya sambil sedikit menggeliat, dan aku teruskan jilatan-jilatan leher itu ke bagian bawah, pada saat jilatan mengenai puting buah dadanya yang besar dan kenyal, Raya tersentak bagai tersengat listrik.. ahh.. ooh.. Omm.. terus.. om.. hisap terus Om.. dan putingnya aku permainkan dengan lidahku, bergantian antara aku jilat dan hisap, kadang aku gigit kecil dan akibatnya Raya menjadi samkin liar antara menggeliat, mendongak dan mengerang..eehhmm.. sshh.. aayyoo.. Omm.. lakukan semaumu.. hhmm.. uueennaak Omm.., erangnya sambil membelai- belai kepalaku disertai remasan tanganya yang agak liar.
” Ahh..sshh aahh .. sshh.. erangnya sambil sedikit menggeliat, dan aku teruskan jilatan-jilatan leher itu ke bagian bawah, pada saat jilatan mengenai puting buah dadanya yang besar dan kenyal, Raya tersentak bagai tersengat listrik.. ahh.. ooh.. Omm.. terus.. om.. hisap terus Om.. dan putingnya aku permainkan dengan lidahku, bergantian antara aku jilat dan hisap, kadang aku gigit kecil dan akibatnya Raya menjadi samkin liar antara menggeliat, mendongak dan mengerang..eehhmm.. sshh.. aayyoo.. Omm.. lakukan semaumu.. hhmm.. uueennaak Omm.., erangnya sambil membelai- belai kepalaku disertai remasan tanganya yang agak liar.
Setelah puas dengan isapan dan gigitan
pada puting buah dadanya, lalu aku telusuri bagian tubuhnya inci demi
inci kebagian bawah, dan aku berhenti saat jilatan lidahku sampai pada
tali pusarnya yang agak berlobang kedalam, dan lidahku aku julurkan
untuk mengorek-orek lubang tali pusarnya, akibatnya gerakan menggeliat
dan meliuk tubuh Raya semakin menjadi-jadi. Mungkin ini juga merupakan
daerah sensitive Raya, terbukti dia menikmati sambil merem melek
matanya, dan akhirnya kakinya sedikit demi sedikit mulai mengangkang
akibat kegelian dan rangsangan yang dia rasakan atas jilatan-jilatanku.
“Ayo Om.. lebih kebawah lagi.. sshh.. hhmm..” erangnya seperti habis makan sambal yang terlalu pedas rasanya.
Aku sengaja tidak menuruti
permintaannya, dan aku ingin tahu sejauh mana pertahanan Raya dalam
mengendalikan emosi birahinya, malahan aku kembali berdiri dan mulai
menghisap lagi puting buah dadanya. Dan dia mendesah-desah.
“Ahh.. Omm.. aku tak tahan lagi..
setubuhi aku sepuasmu.. oohh.. sshh.. ahh” erangnya sambil
mendesis-desis seperti ular yang sedang mengincar mangsanya.
Mendengar erangan dan desisannya aku
akhirnya juga jadi tidak tahan lagi, pelan-pelan pahanya yang putih
mulus itu aku renggangkan dengan sebelah kakiku, pahaku aku gesek-
gesekkan ke memek nya yang tebal empuk dan berbulu lebat, dan ternyata
didaerah memek nya sudah terasa licin berlendir, mungkin akibat
rangsangan yang aku lakukan membuatnya hampir bobol pertahanannya. Saat
pahaku aku gesek-gesek dimemeknya yang udah basah berlendir itu, reflek
yang dia tunjukkan merem melek keenakan,
“Ohh.. sshh.. uuenak sekali Om..”
Erangnya sambil kemudian mendekapku erat-erat dan buah dadanya yang
besar, padat dan kenyal itu semakin terasa mengganjal empuk didadaku,
seakan ingin menambah dan mengobarkan gemuruh birahiku, dan rasanya
tubuh kami seakan menyatu yang tak mungkin terpisahkan lagi.
Penisku sendiri rasanya sudah nggak
tahan untuk segera bersarang kememeknya yang sudah licin berlendir itu,
tetapi saat ini yang ada dalam pikiranku bagaimana caranya untuk bisa
membuat Raya begitu terkesan untuk menikmati kejadian ini, toh cepat
atau lambat tubuh telanjang yang ada didekapanku telah pasrah untuk
disetubuhi dengan sepuas-puasnya.
Maka untuk melaksanakan pemikiranku itu,
aku dengan sedikit kesabaranku berusaha untuk membuat Raya begitu
terkesan, dan akhirnya tubuh telanjang Raya aku angkat keatas bak mandi,
dan kelihatannya Raya udah bener-bener pasrah atau mungkin sudah tidak
kuasa lagi membendung gejolak birahinya saat kedua kakinya aku buka
lebar-lebar, sehingga kelihatan mengangkang, dan pada belahan pahanya
terpampang memeknya yang menggunduk dan kelihatan merekah seperti bunga
matahari yang lagi mekar-mekarnya, sedang disekeliling memek ditumbuhi
bulu-bulu rambut yang begitu lebatnya, belahan memeknya telah basah,
licin berlendir dan diantara belahan memek terlihat daging sebesar biji
kacang berwarna merah mencuat dengan lancipnya, seakan menantangku untuk
bertarung mengadu keperkasaan.
Dan aku mulai membelai pahanya dengan
halus dan perlahan mendekati seputar memeknya, dan tubuh Raya mulai
menggeliat- geliat merasakan sentuhan tanganku, setelah aku puas
memainkan tanganku disekitar memek, lalu aku mulai menjilati bibir
memeknya dengan bibir dan lidahku, akibatnya Tubuh telanjang Raya
tersentak tatkala jilatan lidahku menyentuh klitorisnya.
“sshh.. sshh Om.. sshh uueenak.. sshh .. teruss Oomm.. sshh.. uuhh..” erangnya dengan mata yang membeliak penuh kenikmatan.
“Tenang Ray.. nikmati aja..”jawabku sekenanya.
“Sshh.. ayoo.. Oomm.. masukkan kontolmu Omm.. aku udah nggak tahann..” Pintanya sambil mencengkeram kran bak mandi. “Ssshh.. eehh.. sshh.. oouuhh..” erangnya lagi sambil mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar.
“Aaauuhh..”
“Ssrrtt.. ssrruup.. srrup..” jilatan lidahku makin dalam menjelajahi dan mengorek-ngorek rongga- rongga memeknya yang membusung tebal penuh bulu-bulu yang lebat.
“Aauuhh.. aahh..” Lendir-lendir yang keluar dari rongga memeknya semakin banyak mengalir dan terasa asin sekali, apalagi bercampur dengan air ludahku, sehingga seperti busa sabun layaknya.
“Tenang Ray.. nikmati aja..”jawabku sekenanya.
“Sshh.. ayoo.. Oomm.. masukkan kontolmu Omm.. aku udah nggak tahann..” Pintanya sambil mencengkeram kran bak mandi. “Ssshh.. eehh.. sshh.. oouuhh..” erangnya lagi sambil mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar.
“Aaauuhh..”
“Ssrrtt.. ssrruup.. srrup..” jilatan lidahku makin dalam menjelajahi dan mengorek-ngorek rongga- rongga memeknya yang membusung tebal penuh bulu-bulu yang lebat.
“Aauuhh.. aahh..” Lendir-lendir yang keluar dari rongga memeknya semakin banyak mengalir dan terasa asin sekali, apalagi bercampur dengan air ludahku, sehingga seperti busa sabun layaknya.
Begitu erangan, lenguhan dan gerakan
tubuh bugil Raya semakin liar tak terkendali, maka ritme jilatanku
semakin kupercepat dan aku selingi dengan hisapan pada bagian
klitorisnya. Akibatnya,
“Aaauuhh.. aauuhh.. oouuhh.. Omm..
sshh.. eehh.. hheekk.. ss.. aahh.. hh” sambil mengerang dan melenguh
histeris tubuh telanjang Raya mengejang dan keduanya pahanya menjepit
kepalaku dengan keras sedang tangannya mencengkeram dan membenamkan
kepalaku dalam- dalam kepermukaan memeknya yang sudah bersimbah lendir.
Sesaat setelah tubuh telanjangnya
tersentak kejang, akhirnya terkulai lemas. Sambil turun dari bak mandi
Raya merangkul dan menciumku dengan mesra sambil berkata
“Omm.. makasih ya, aku udah lama nggak
melakukan sex, aku rasanya udah bener-bener nggak tahan sejak lihat
batang penis Om menyembul tadi, sekarang giliranku untuk memuaskan Om..”
pintanya sambil tangannya yang lembut menggenggam batang penisku yang
sudah berdenyut- denyut seakan mau meledak rasanya.
Kemudian tubuh telanjang Raya jongkok, sambil lidahnya dijulurkan untuk membelai dan menjilati kepala penisku.
“Aauuhh.. Ciikk..”?
“Mmck.. ffcckk.. ffcckk..”ritme jilatan Raya semakin dipercepat.
“Ssshh.. oouuhh.. Rayk.., uueenakk..” Kemudian Raya dengan lahapnya mengocok-kocok batang penisku kedalam mulutnya, dijilat, dihisap dan saat batang penisku dalam rongga mulutnya, lidahnya dengan lincah membelai-belai kepala penisku.
“Ooouuhh.. sshh.. oouuhh..”, badanku rasanya ringan melayang dan disetiap jengkal tubuhku seakan ikut merasakan kenikmatan yang aku alami saat ini.
“Mmck.. ffcckk.. ffcckk..”ritme jilatan Raya semakin dipercepat.
“Ssshh.. oouuhh.. Rayk.., uueenakk..” Kemudian Raya dengan lahapnya mengocok-kocok batang penisku kedalam mulutnya, dijilat, dihisap dan saat batang penisku dalam rongga mulutnya, lidahnya dengan lincah membelai-belai kepala penisku.
“Ooouuhh.. sshh.. oouuhh..”, badanku rasanya ringan melayang dan disetiap jengkal tubuhku seakan ikut merasakan kenikmatan yang aku alami saat ini.
Dan dalam sekejap, dari dalam tubuhku
seakan ada aliran kenikmatan yang mendesak- desak untuk keluar melalui
batang penisku, walaupun kucoba untuk menahannya, ternyata aliran
kenikmatan yang terpusat melalui batang penisku tak kuasa aku tahan,
akhirnya,
“Aaauuhh.. crreett.. ccrreett.. ccrrtt..”, keluarlah cairan putih kental dari batang penisku.
“Hhmm.. mmck.. mmck.. mmcckk.. sshh .” Cairan sperma yang keluar dari batang penisku ditelan dengan lahapnya oleh Raya, seakan cairan putih kental itu merupakan sumber air kehidupan baginya, setelah puas menelan cairan kental tadi, bahkan mulut Raya masih sempat menghisap-hisap kepala penisku seakan-akan tidak ingin ada yang tersisa, dan sebagian yang tercecer dibatang penisku dijilatinya sampai bersih.
“Uenak Om.. mmck.. mmck .. spermamu rasanya gurih sekali..” katanya sambil berdiri dan memelukku serta menciumku dengan mesra sekali, sedang tangan kanannya masih memegang erat batang penisku yang masih kokoh berdiri walau sudah mengeluarkan sperma.
“Hhmm.. mmck.. mmck.. mmcckk.. sshh .” Cairan sperma yang keluar dari batang penisku ditelan dengan lahapnya oleh Raya, seakan cairan putih kental itu merupakan sumber air kehidupan baginya, setelah puas menelan cairan kental tadi, bahkan mulut Raya masih sempat menghisap-hisap kepala penisku seakan-akan tidak ingin ada yang tersisa, dan sebagian yang tercecer dibatang penisku dijilatinya sampai bersih.
“Uenak Om.. mmck.. mmck .. spermamu rasanya gurih sekali..” katanya sambil berdiri dan memelukku serta menciumku dengan mesra sekali, sedang tangan kanannya masih memegang erat batang penisku yang masih kokoh berdiri walau sudah mengeluarkan sperma.
Kuakui dalam hal sex, aku memang sangat
tangguh, biasanya kalau berhubungan badan dengan isteriku, aku bisa
bertahan lama walau isteriku sudah dua kali, bahkan tiga kali mencapai
kepuasan. Sedang dalam pandangan Raya mungkin hal ini dianggap luar
biasa, melihat keperkasaan dan kejantananku dalam melayani nafsunya.
Selanjutnya dari adegan peluk cium dan jilatan-jilatan lidahnya,
birahiku yang nyaris mau surut menjadi berkobar lagi, bahkan lebih
menggelora.
Tubuh telanjang Raya yang memeknya sudah
basah berlendir itu, aku bimbing pelan-pelan untuk bersandar kedinding
kamar mandi, dan kakinya yang sebelah aku angkat sedikit numpang clocet,
sambil tetap berciuman batang penis yang masih dalam genggamannya aku
sorongkan mendekati gundukan tebal memeknya yang berbulu hitam lebat,
lalu kepala penisku aku susupkan kebelahan memeknya,
“Slleep.. oouuhh.. sstt ..” Batang
penisku akhirnya dengan mudah amblas melesak kebelahan memeknya, karena
cairan lendir dalam memeknya begitu banyaknya setelah mencapai klimaknya
tadi.
“Aauuhh.. sstt..” teriaknya lagi sambil kedua tangannya menarik pantatku, sehingga batang penisku menjadi melesak semakin dalam memasuki lubang memeknya yang empuk dan berbulu lebat itu.
“Aauuhh.. sstt..” teriaknya lagi sambil kedua tangannya menarik pantatku, sehingga batang penisku menjadi melesak semakin dalam memasuki lubang memeknya yang empuk dan berbulu lebat itu.
Pelan-pelan batang penisku mulai memompa
keluar masuk memeknya dengan ritme yang slow, sedang tangan Raya tetap
berusaha membantu memegangi pantatku seolah-olah takut aktivitas pompa
memompa memeknya yang licin basah berlendir itu terhenti. Saat aktivitas
pompa memompa memek berlangsung, tubuh telanjang Raya mulai menggeliat
kekanan dan kekiri merasakan kenikmatan yang sedang dialaminya. Buah
dadanya yang besar kenyal, menggelantung dan menempel empuk didadaku
saat aku merapatkan dadaku ketubuhnya.
“Aauuhh.. sstt.. oouuhh..” erangnya sambil mencengkeram erat pantatku.
“Ssstt.. oouuhh.. sstt.. oouuhh” desisku merasakan kenikmatan.
“Terus Omm.. yeeaahh.. sstt.. oouuhh.. cepat dikit Omm..”, pintanya sambil makin erat menarik-narik pantatku. “Ouuhh.. oouuhh.. sstt..” erangku lagi dan denyutan batang penisku makin meledak-ledak.
“sstt.. eehhmm.. sstt.. eehmm.. Omm, aku mau keluar..” desisnya sambil menggeliat liar dan tanganya mulai terlepas dari pantatku lalu mencengkeram pundakku.
“Rayk.. kita keluarkan bareng ya.. sstt.. Ooouuhh.. sstt..” kataku sambil mempercepat gerakanku.
“Ssstt.. oouuhh.. sstt.. oouuhh” desisku merasakan kenikmatan.
“Terus Omm.. yeeaahh.. sstt.. oouuhh.. cepat dikit Omm..”, pintanya sambil makin erat menarik-narik pantatku. “Ouuhh.. oouuhh.. sstt..” erangku lagi dan denyutan batang penisku makin meledak-ledak.
“sstt.. eehhmm.. sstt.. eehmm.. Omm, aku mau keluar..” desisnya sambil menggeliat liar dan tanganya mulai terlepas dari pantatku lalu mencengkeram pundakku.
“Rayk.. kita keluarkan bareng ya.. sstt.. Ooouuhh.. sstt..” kataku sambil mempercepat gerakanku.
Dan desakan yang mau keluar dari batang
penisku mulai tidak kuasa lagi aku tahan, akhirnya sambil memacu gerakan
memompa memeknya lebih cepat
“Aaauuhh..”, menyemburlah cairan hangatku menyemprot lubang memek Raya yang berdenyut- denyut itu.
“Ahh.. oomm..” teriaknya sambil mencengkeran dan memelukku erat-erat, dari lubang memek Raya yang juga terasa keluar cairan hangat sehingga batang penisku terasa dipilin dan dikenyot-kenyot dari dalam gundukan memeknya yang basah, hangat dan berdenyut-denyut keras
“Makasih Omm.. aku bener-bener merasa puas dan tubuhku walaupun lelah tetapi hati dan pikiranku menjadi segar kembali” katanya sambil tetap memelukku mesra sekali setelah dua kali mengalami puncak kepuasan.
“Omm..kalau nanti aku kepingin melakukan lagi, maukah kamu memberikan kontolmu yang gede ini untukku..”? tanyanya lagi sambil mengenggam mesra batang penisku.
“Okelah bisa diatur.. yang penting kita harus tetap menjaga kerahasiaan hubungan kita ini.. Ok!?!” jawabku sambil melumat bibirnya yang kenyal.
“Well, kalau gitu kita mandi bareng yookk.., aku juga segera berangkat kekantor, nanti kalau ada kesempatan lagi bolehlah kita ulang lagi, Ok..?” kataku sambil menyiram air kearah tubuh telanjangnya yang mulus.
Akhirnya kami berdua mandi bersama
sambil bersenda gurau, sambil saling menggosok dan menyabuni tubuh kami
bergantian, setelah selesai mandi aku dibuatkan segelas air susu dan
sehabis meminumnya kemudian aku pamit pulang, tak lupa Raya memberikan
ciuman panjang dan hisapan lembut dibibirku.“Ahh.. oomm..” teriaknya sambil mencengkeran dan memelukku erat-erat, dari lubang memek Raya yang juga terasa keluar cairan hangat sehingga batang penisku terasa dipilin dan dikenyot-kenyot dari dalam gundukan memeknya yang basah, hangat dan berdenyut-denyut keras
“Makasih Omm.. aku bener-bener merasa puas dan tubuhku walaupun lelah tetapi hati dan pikiranku menjadi segar kembali” katanya sambil tetap memelukku mesra sekali setelah dua kali mengalami puncak kepuasan.
“Omm..kalau nanti aku kepingin melakukan lagi, maukah kamu memberikan kontolmu yang gede ini untukku..”? tanyanya lagi sambil mengenggam mesra batang penisku.
“Okelah bisa diatur.. yang penting kita harus tetap menjaga kerahasiaan hubungan kita ini.. Ok!?!” jawabku sambil melumat bibirnya yang kenyal.
“Well, kalau gitu kita mandi bareng yookk.., aku juga segera berangkat kekantor, nanti kalau ada kesempatan lagi bolehlah kita ulang lagi, Ok..?” kataku sambil menyiram air kearah tubuh telanjangnya yang mulus.
Terima kasih atas perhatiannya salam Cerita Dewasa
0 komentar:
Posting Komentar