prediksionlinebola.blogspot.com - Namaku Marwan, umurku 26 tahun, seorang pengangguran. Aku pernah
sekali menjadi gigolo (yah.. sebutan kasarnya). Ketika itu aku baru
pertama kali merantau dari kampungku di pulau Jawa ke Banjarmasin.
Seorang temanku bekerja di sana. Aku menyusul temanku itu ketika dia
mengirimiku alamat yang cukup jelas, lagipula aku dengar Farid, nama
temanku itu, sukses di perantauan. Dia bekerja di sebuah pabrik
pengolahan kelapa sawit.
“Daripada kamu nganggur di kampung, lebih baik ke Banjarmasin saja,
Wan. Kebetulan lagi ada lowongan kerja.” begitu katanya suatu kali.
Berbekal uang tujuh ratus ribu aku berangkat ke Banjarmasin.
Setibanya di pelabuhan Farid menjemputku. Dari situlah aku tahu
kehidupan Farid yang benar-benar kecukupan. Rumahnya tak besar, tapi
cukup bagus, dan yang pasti rumahnya sendiri.
“Wah.. kamu benar-benar hebat, Rid.” pujiku.
“Pintar-pintar kita saja cari duit, Wan. Setidaknya punya obyakan sampingan.” jawab Farid dengan senyum yang misterius.
Aku nggak langsung dapat kerja, tapi nunggu dulu karena ternyata
lowongan di tempat kerja Farid sudah terisi. Karena nggak kerja semakin
lama semakin habis uang yang kubawa dari kampung. Sebenarnya makanku
ditanggung sama Farid, tapi nggak enak kan kalau setiap hari, sedangkan
tahu sendiri kalau biaya hidup mahal di Banjarmasin.
Setelah satu bulan numpang di rumah Farid aku mulai tahu apa
sebenarnya obyekan sampingan Farid yang tak lain adalah melayani nafsu
tante-tante girang (alias gigolo). Bergidik juga aku ketika suatu malam
mendengar suara-suara gaduh yang janggal di kamar sebelah (kamarnya
Farid). Ketika aku intip, ehh.. Si Farid lagi disepong sama seorang
wanita stw. Habis itu aku melihat Farid dikasih beberapa lembar ratusan
rupiah. Dan ketika Farid tahu kalau aku pergoki, dia cuman tersenyum
kecut.
“Kalau mengandalkan gaji buruh pabrik sih, nggak bisa kirim ke kampung.” itu dalihnya.
Bahkan setelah aku tahu kalau Farid adalah seorang gigolo, dia malah
semakin tak sungkan melakukan bisnis mesumnya itu di rumah. Iiih..
betapa tersiksanya aku mendengar deru-deru nafas mereka di kamar sebelah
setiap malam. Walau sebenarnya aku ngiler juga. Bayangkan setiap malam
Farid bisa mengeloni dua sampai tiga wanita, dan tidak semuanya stw. Ada
juga yang sepertinya masih lajang. Setiap malam pula omsetnya bisa
sampai dua juta. Ngiri banget aku.
Malam itu aku tak menyia-nyiakan kepergian Farid. Dia nggak pulang
malam ini, lembur katanya. Dan kebetulan sekali telpon berbunyi. Siapa
tahu dari langganan Farid, karena biasanya transaksi mereka terjadi via
telpon.
“Halo Farid..aku Sandra.” terdengar suara mendesah di seberang begitu telepon diangkat.
“Aku tunggu di Platinum 156, cepat yah.. aku sudah telanjang sekarang..”
Glek! Aku telan air liurku berkali-kali. Job Farid datang. Bagaimana
nih? Apa aku harus datang? Aku lihat isi dompetku, tinggal dua ratus
ribu doang. OK deh, aku datang.
Hotel Platinum, tak susah mencarinya. Kemarin malam aku diajak Farid
keliling-keliling kota dan sempat makan di restoran hotel itu. Setelah
bertanya letak kamar kepada resepsionis aku segera menuju kamar 156.
Didepan kamar aku kembali ragu, masuk atau tidak ya? Masuk tidak masuk
tidak, aku hitung kancing kemejaku. Masuk.
Kreek..
Pintunya tak dikunci. Aku masuk dengan ragu-ragu. Kamar hotel itu seluas
kamar Farid walau sedikit lebih bagus penataan ruangnya. Seorang wanita
berumur 30 tahunan berada di atas ranjang. Dia agak terkejut ketika
menyadari bukan Farid yang datang. Tapi kemudian dia tersenyum genit.
“Siapapun kau aku ingin bercinta denganmu. Kemarilah..”
Sandra beranjak dari ranjang. Glek. Kutelan liurku ketika hendak
meleleh. Wanita yang hanya memakai stoking rajut tipis tanpa CD dan BH
itu segera mendekatiku. Stokingnya hanya sebatas lutut, lengannya juga
tertutup stoking tapi badannya polos sama sekali. Seekor kupu-kupu
menghias di payudaranya sebelah kiri. Kedua gumpalan dadanya sekal dan
besar banget, dan menantang banget. Begitu menantang sampai-sampai
burungku bangun.
Sandra mengitari tubuhku yang sedikit gemetaran.
“Siapa namamu, sayang..” desah serak-serak seksi itu menyembur tipis di belakang telingaku.
“Ss.. saya Marwan.” jawabku gemetaran.
“Marwan? Hmm.. jangan panik, kamu baru pertama ya? Aku suka banget..”
kata Sandra sambil menggosok-gosokkan kemaluannya yang gundul ke pahaku.
Siir.. tiba-tiba saja penisku tegang.
“Kalau gitu aku ajarin yah..” tambahnya sambil menggosokkan kemaluannya
makin keras dan makin mepet di pahaku sampai celanaku sedikit basah oleh
cairan yang keluar dari vaginanya.
Lalu perlahan wanita yang sedikit jangkung itu mencium bibirku lalu berkata
“Balaslah Wan, hisaplah bibirku”.
Aku menghisap bibir tebalnya. Bibiritu terasa kenyal banget ditambah bau
tubuhnya yang wangi. Tiba-tiba Sandra memegang kemaluanku, aku sangat
kaget.
” Wah pistolmu sudah tegang Wan,” kata Sandra sambil tangannya
dimasukkan kedalam celana jeansku. Darahku berdesir-desir, nafasku
kembang kempis dirangsang sedemikian rupa.
Sandra berusaha melepaskan celana jeansku, tapi bibirnya masih terus
aku lumat dengan penuh nafsu hingga akhirnya aku tinggal memakai celdam
saja. Kami masih saling melumat, tapi tanganku mulai menggerayangi dada
sekal Sandra. Tanpa gemetar lagi aku memegang buah dadanya dan
memelintir putingnya. Sandra mendesis-desis lirih merasakan kenikmatan
belaianku.
“Wan.. kamu memabukkan..ehgh..”
Nafasnya memburu berpacu dengan nafasku.
Aku menuruni leher mulus Sandra lalu berlabuh di kedua gundukan buah
dadanya. Lalu dengan memberanikan diri aku menciumi putingnya, dan
Sandra bertambah mendesis,
“Teruslah Wan, terus.. ach.. nikmat banget..”.
Tanganku meremas-remas kedua bokong Sandra yang padat dan sekal.
Sesekali jemariku menyusuri belahan pantat itu terus sampai ke lubang
vaginanya. Sandra yang semakin kegelian semakin merapatkan tubuhnya
sehingga aku semakin leluasa mengenyot payudaranya. Aku hisap putingnya
kuat-kuat membuat Sandra mendorong kepalaku semakin terbenam diantara
belahan payudaranya. Aku sadari betul perubahan yang terjadi pada buah
dada Sandra, semakin membengkak menggemaskan dan putingnya tegang,
kenyal dan menantang.
“Wan.. ach.. ehmm ehmm” Sandra kembali melenguh-lenguh ketika
jemariku mengutak-utik klitorisnya. Entah sudah berapa kali vagina itu
mengeluarkan lendir kenikmatan birahi Sandra. Panas birahinya sudah
sampai di ubun-ubun.
Setelah puas menghisap puting buah dada Sandra aku mencoba menciumi vaginanya, tapi Sandra berkelit.
“Aku pengin pistolmu dulu, pangeranku..” katanya kemudian.
Sandra mendorongku terlentang diatas kasur empuk kemudian dia menungging
diatas tubuhku kemudian sibuk menciumi penisku yang masih tertutup
celdam krem. Posisi Sandra yang menungging memunggungiku membuatku
leluasa mengutak-atik klitorisnya kembali. Kemudian aku memasukkan
jempol kiriku ke dalam lubang kawinnya.
“Uach.. Marwaann..”
Mudah sekali jempolku itu masuk ke dalam vaginanya. Lendir kental
mengalir di selakangnya. Aku permainkan jempolku keluar masuk vaginanya,
Sandra semakin bergelinjangan. Entah saking tak tahannya, Sandra segera
mengeluarkan penisku dari CD lantas mengemutnya.
“Egh.. ach..Sand..”
Dadaku sesak menahan birahi yang meletup-letup didadaku. Baru pertama
kali ini batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita. Sandra begitu
terampil mengenyotnya. Semakin kuat Sandra menyedotnya dan
Crot..crot.. aku tak tahan lagi.
Spermaku keluar begitu saja. Tapi Sandra begitu menikmati spermaku yang muncrat seluruhnya ke dalam mulutnya.
“Mhmm.. nikmat Wan.. aku suka, lagi dong..”
Begitu Sandra hendak mengenyot penisku lagi, aku segera menarik
bokongnya hingga hampir menduduki mukaku. Langsung saja aku sedot
vaginanya
“Aaach..” teriak Sandra tertahan.
Sudah tak tahan aku, aku kerjain vagina Sandra habis-habisan. Aku ciumi,
aku gigit-gigit klitorisnya bahkan aku sudah berhasil memasukkan tiga
jari tengahku sekaligus. Sandra misuh-misuh tapi segera mendehem-dehem
keenakan. Aku sudah tak terkendalikan. Kalau sejak tadi aku seperti
diajari sama Sandra, kali ini aku bekerja dengan naluriku sendiri. Dan
kurasa Sandra tak keberatan, karena sekarang dia mendengking-dengking
keasyikan.
Sruup..sruup..
Lendir kawin Sandra aku sedot dengan kekuatan penuh. Seluruh tubuhnya
menggelinjang liar, lalu kembali lendir-lendir itu mengalir deras bagai
sungai.
“Ough.. Wan, aku nggak tahan lagi..” erang Sandra semakin melebarkan selakangnya.
Lalu penisku dipegangnya dan dimasukkan kedalam vaginanya yang sudah
licin berlendir. Perlahan-lahan batang pistolku amblas ke dalam lubang
vagina Sandra,
“Ach.. engh..” desisnya kemudian.
Dan Sandra mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya ketika aku mulai
mengocok-ngocok penisku. Penisku terasa mengembang didalam vagina
Sandra, Sandra pun semakin mendesis.
“Ach.. Wan.. ehm.. ah..”
Jemariku meremas-remas payudaanya. Sandra terus menggoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, “Aku mau datang nih.. “.
“Hegh eh..” hanya itu yang aku jawab sebab aku masih sibuk menggenjot vaginanya.
Dan tak lama kemudian Sandra menjerit histeris karena orgasme dan
mengeluarkan lendir kawinnya disela-sela penisku yang masih tegang.
Semakin liar aku remas-remas kedua buah dada Sandra hingga beberapa
menit kemudian aku berbisik
“San.. sedikit lagi aku juga mau keluar”.
Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batang penisku keliang vagina
Sandra, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku
kedalam vagina Sandra bersamaan dengan keluarnya cairan kawinnya untuk
kedua kalinya.
“Uwah..” pekik kami bersamaan.
Belum puas aku memompa penisku yang masih haus, aku meminta Sandra
menungging. Dari belakang aku segera menekan masuk penisku diantara
pantatnya. Sandra mengejang beberapa saat. Tampaknya lubang pantatnya
masih sangat sempit hingga penisku sedikit kesulitan menembusnya.
“Egh.. ach.. sakit Wan..” erang Sandra.
Akhirnya seluruh batang penisku sanggup menembus masuk ke lubang pantat
Sandra. Bagai remuk penisku digencet lubang yang masih sempit itu. Tapi
sedikit tertolong karena spermaku kembali keluar membasahi liangnya.
Kembali aku kocok-kocok penisku maju mundur. Sandra mengerang panjang
merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dirasakannya. Tangannya
meremas-remas payudaranya sendiri yang sudah sangat bengkak, bagai mau
meledak. Aku pompa penisku sampai lima balas menit, setelah itu aku
mengerang kembali mendapatkan puncak libidoku.
Penisku aku cabut dari dubur Sandra. Terasa tubuh ini sangat lemas,
Sandra berbaring di sampingku. Kami saling berpelukkan dan berciuman.
Ranjang itu sudah berantakan sekali.
“Wan.. kamu hebat, bahkan lebih hebat dari Farid. Sepertinya aku mencintaimu.” bisik Sandra sambil terus menciumiku.
“Kamu mencintaiku atau mencintai pistolku?” sindirku.
“Hi.. hi.. kamu ini bisa saja..” Sandra mengikik lirih sambil menyentil-nyentil batang penisku yang belum lemas benar.
“Kamu masih mau berlayar lagi, San?” tanyaku kemudian karena merasakan libidoku sedikit bangkit.
“Ah.. tidak sekarang, aku sudah tak kuat. Tapi aku puas banget say..”
“Kalau begitu jangan coba-coba membangunkannya, atau kita akan kembali
melayang di atas angin.” bisikku membuat Sandra semakin geli.
Ketika aku hendak pergi mandi aku lihat tubuh Sandra yang full naked
itu. Kedua buah dadanya merah membengkak sedikit menguatirkan.
Bekas-bekas remasan tangan-tangan kami menghias di kegua gundukan
bengkak itu. Putingnya sedikit menghitam, mungkin karena aku terlalu
kuat menyedotnya. Wajah Sandra terlihat kusut, tapi masih cantik.
Keringatnya masih membasahi tubuh jangkung nan langsing itu. Beberapa
kali terdengan gumaman dari bibir tipisnya, mungkin masih menikmati
sisa-sisa pelayaran kami. Aku tersenyum tipis lalu masuk ke kamar mandi.
Begitulah, aku menjadi pemuas nafsu Sandra. Kami sama-sama puas
dengan permainan kami barusan. Setelah itu Sandra menceritakan tentang
sisi kehidupannya kepadaku. Dan tak lupa di akhir perjumpaan kami, di
tengah malam buta, Sandra menyelipkan sebuah amplop ke dalam CD-ku. Kami
berpelukan sebelum aku pergi, dan berjanji akan memanggilku lagi kalau
dia sewaktu-waktu dia membutuhkan.
E N D
By - http://prediksionlinebola.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar